MAKALAH
ANALIS JAMU
“STANDARISASI
SIMPLISIA BRATAWALI”
Diajukan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Analis Jamu Prodi S1 Farmasi.
Disusun
Oleh :
Irma
Widiati (E0013020
Istianatun
K. (E0013021)
Joharoh (E0013022)
Khoirunnisa (E0013023)
Kholifiah (E0013024)
Linda
sari (E0013025)
Mia
Puspita D (E0013026)
Moh.Iswandi (E0013027)
|
·
|
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI MANDALA HUSADA
Jln. Cut
Nyak Dhien No. 16, Ds. Kalisapu, Kec. Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah –
52416
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
wr.wb
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah ini pada
waktunya. Makalah ini berisi tentang Standarisasi Simplisia Bratawali tersebut guna
memenuhi tugas mata kuliah Analis
Jamu.
Tanpa bantuan dari teman-teman makalah ini tidak dapat
terselesaikan dengan baik. Sekali lagi Penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis mohon maaf apabila dalam makalah ini banyak sekali kekurangan
dan masih kurang dari kesempurnaan. Penulis mengharapkan kritik dan saran agar
suatu saat dapat memperbaiki semua kesalahan itu dengan lebih baik lagi.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Wassalamu’alaikum wr.wb
Slawi, Desember 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL
KATA PENGANTAR.............................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................ iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................... 2
D. Metode Penulisan........................................................................ 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Morfologi
Tanaman Bratawali..................................................... 3
B. Klasifikasi
Tanaman Bratawali.................................................... 3
C. Kandungan
Senyawa Kimia Dalam Tanaman Bratawali............... 4
D. Cara
Penanaman Tanaman Bratawali.......................................... 4
E. Cara
Panen Tanaman Bratawali................................................... 4
F. Uji
Pendahuluan Tanaman Bratawali............................................ 6
1. Organoleptis................................................................... 6
2. Makroskopis................................................................... 6
3. Mikroskopis................................................................... 6
G. Uji Parameter Non Spesifik Tanaman Bratawali.......................... 8
1. Uji
Kadar Air.................................................................. 8
2. Uji
Kadar Abu................................................................ 8
3. Uji
Susut Pengeringan..................................................... 9
4. Uji
Cemaran Mikroba.................................................... 10
H. Uji
Parameter Spesifik............................................................... 10
1. Uji
Skrining Fitokimia..................................................... 10
2. Uji
Kromatografi............................................................. 11
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan.................................................................................... 12
B. Saran.......................................................................................... 12
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Brotowali yang dikenal sebagai
tanaman obat ini berasal dari Asia Tenggara. Wilayah penyebarannya di Asia
Tenggara cukup luas, meliputi wilayah Cina, Semenanjung Melayu, Filipina, dan
Indonesia. Brotowali (Tinospora crispa, L. Miers.) merupakan tanaman
merambat dan tumbuh dengan baik di hutan terbuka atau semak belukar di daerah
tropis. Di Indonesia, tanaman ini dikenal dengan berbagai nama daerah, seperti
andawali Sunda), antawali (Bali dan Nusa Tenggara), dan bratawali, antawali,
putrowali atau daun gedel (Jawa). Di daerah lain, brotowali dikenal dengan nama
putrawali atau daun gedel. Dalam bahasa Inggris brotowali disebut bitter
grape, dan dalam bahasa Cina dikienal dengan nama sen jinteng.
Rendaman batang brotowali dapat digunakan sebagai penghambat pertumbuhan
Salmonella typhi, hal ini disebabkan pada batangan brotowali mengandung
senyawa berberin yang secara farmakologi dapat bermamfaat sebagai obat diare.
Karena mempunyai sifat analgenik menyebabkan brotowali dapat menghilangkan rasa
sakit dan sifat antipiretikum yang berkhasiat dalam menurunkan panas. Batang
brotowali banyak digunakan untuk mengobati sakit perut (diare) dan demam.
Brotowali
mengandung senyawa kimia yang berkhasiat mengobati berbagai penyakit, yaitu
sakit perut, diare, demam, dan sakit kuning. Senyawa kimia ini terdapat di
seluruh bagian mulai dari akar, batang sampai daun, dalam senyawa kimia yang
terkandung dalam batang brotowali tersebut tercatat ada berbagai efek
farmakologi yang menjadi faktor penyebab berkhasiatnya batang brotowali
(Kresnady, 2003 : 3).
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa Morfologi Tanaman Bratawali?
2.
Apa Klasifikasi Tanaman Bratawali?
3.
Apa
Kandungan Senyawa Kimia Dalam Tanaman Bratawal?
4.
Bagaimana Cara
PenanamanTanaman Bratawali?
5.
Bagaimana
Cara Panen Tanaman Bratawali?
6.
Bagaimana Uji
Pendahuluan Simplisia Bratawali?
7.
Bagaimana
Uji Non Spesifik Simplisia Bratawali?
8.
Bagaimana
Uji Spesifik Simplisia Bratawali?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Analis Jamu tentang Standarisasi Simplisia Bratawali.
D.
Metode
Penulisan
Teknik
pengumpulan data yang dilakukan untuk melengkapi bahan-bahan kajian dalam
penulisan makalah ini, diantaranya adalah studi pustaka atau literatur yaitu
dengan mempelajari buku-buku atau artikel-artikel yang berhubungan dengan
masalah yang dibahas.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Morfologi Tanaman Bratawali
Brotowali
merupakan tumbuhan merambat dengan panjang mencapai 2,5 m atau lebih, biasa
tumbuh liar dihutan,ladang atau ditanam dihalaman dekat pagar dan biasanya
ditanam sebagai tumbuhan obat. Batang sebesar jari kelingking, berbintil-
bintil rapat,dan rasanya pahit. Daun tunggal,bertangkai dan berbentuk seperti
jantung atau agak membundar, berujung lancip dengan panjang 7-12 cm dan lebar
5-10 cm. Bunga kecil, berwarna hijau muda atau putih kehijauan. Brotowali
menyebar merata hampir diseluruh wilayah Indonesia dan beberapa negara lain di
Asia Tenggara dan India. Brotowali tumbuh baik di hutan terbuka atau semak
belukar didaerah tropis. Cara perbanyakan tnaman ini sangat mudah yaitu dengan
stek batang.(MMi,1989)
B.
Klasifikasi Tanaman Bratawali
Dalam
dunia ilmiah,brotowali diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Class
: Dicotyledon
Ordo
: Ranunculales
Famili
: Menispermaceae
Genus
: Tinospora
Species
: Tinospora crispa(L.)MIERS. (Anonim 2006)
C.
Kandungan Senyawa Kimia Dalam Tanaman Bratawali
Berdasarkan
pemeriksaan laboratorium tanaman ini memngandung pati, alkaloid yang terdiri
dari N-asetil-nornuciferin, N-formil-annonain, dan N-formilnornuceferin.
Disamping itu ditemukan pula suatu glikosida furanoditerpen yang berasa pahit.
Pada akar tanaman juga terdapat alkaloid berberin.
Sebagai
obat tradisional air rebusan batang atau ranting brotowali manjur untuk
mengobati penyakit malaria, demam, penyakit kulit, serta membersihkn ginjal dan
menyembuhkan luka. Batang brotowali penuh ditutupi dengan kutil dan mengandung
banyak air. Rebusan batang brotowali juga merangsang kerja pernapasan dan
menggiatkan pertukaran zat sehingga dapat menurunkan panas.
Kandungan
berberin untuk membunuh bakteri pada luka. Kandungan bahan yang lain
dimanfaatkan untuk menambah nafsu makan maupun menurunkan kadar gula darah.
Batang brotowali juga digunakan untuk pengobatan penyakit kuning, kencing manis
dan nyeri perut. Pada pemakaian sebagai obat luar, rendaman batang brotowali
bisa digunakan untuk membersihakan luka atau kudis.
D.
Cara Penanaman
Menanam brotowali sangatlah
mudah. Hanya dengan
memotong batangnya lalu
ditancapkan di tanah (stek), bisa hidup. Potongan batang yang akan ditanam
tidak perlu panjang, cukup satu jengkal saja bisa hidup, namun tanaman ini
lebih suka di tanah yang
gembur dan ada
perlindungan.
E.
Cara
Pemanenan
Menggunakan sabit atau arit
serta golok dengan cara memotong batang yang telah tua,
dengan ukuran diameter sekitar 0,5
cm - 1
cm. kemudian batangnya dirajang dengan menggunakan pisau
dan talenan, pemotongan dilakaukan dengan cara melintang
searah dengan ketebalan 2
mm - 3
mm. selanjutnya brotowali dicuci dan ditiriskan pada tampi
yang berlubang-lubang kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari dengan
menggunakan tampi atau
tepal, usahakan dalam pengeringan simplisia tidak saling
menindih agar kering merata. Untuk brotowali lama pengeringan
4 hari dengan
bobot basah 5,1
kg. setelah kering
sampel ditimbang kembali untuk
mendapatkan bobot keringnya
yaitu 500 gram, kemudian dikemas dalam
kantung plastic hitam dan diberi
label yang tercantum
nama tanaman, bobot kering dan tanggal
pengemasan
lalu disimpan di gudang.
Bagan.1Proses Pembuatan Sediaan
F.
Uji Pendahuluan
1.
Organoleptis:Warna
coklat, bau aromatis, rasa sangat pahit.
Gambar1.Tanaman Bratawali
2. Makroskopik:Potongan
batang, warna hijau kecoklatan, permukaan tidak rata, bertonjolan, beralur-alur
membujur, lapisan luar mudah terkelupas.
Gambar2.Bratawali Secara
Makroskopik
3. Mikroskopik:epidermis terdiri dari 1 lapis sel berbentuk segi empat memanjang,
dinding tipis dengan kutikula agak tebal. Dibawah epidermis terdapat beberapa
lapis sel gabus, bentuk segi empat memanjang, dinding agak tebal, kambium gabus terdiri dari beberapa
jenis sel berdinding tipis. Korteks parenkimatik dengan sel-sel berbentuk
membulat, mengandung butir-butir pati, minyak atau hablur kalsium oksalat
berbentuk prisma. Disebelah luar tiap berkas pengangkut terdapat serabut
sklerenkim berbentuk lengkungan; pada batang tua lengkungan-lengkungan tersebut
bersambung satu dengan yang lain, sehingga merupakan seludang sklerenkim yang
tidak terputus yang pada lapis terluarnya disertai serabut hablur yang berisi
hablur kalsium oksalat berbentuk prisma. Empulur parenkimatik , berisi butir
pati sel getah dan berkas kolateral. Parenkim diantara floem dan serabut
sklerenkim kadang-kadang termampat dan terkoyak. Butir pati di korteks dan
empulur berbentuk hampir bulat , panjang atau lonjong. Sel-sel getah terdapat
dalam deretan membujur diantara sel parenkim. Berkas pembuluh kolateral, terpisah
oleh satu dengan lain oleh jaringan parenkim. Sebuk; warna kuning kelabu. Fragmen
pengenal adalah serabut hablur dengan hablur kalsium oksalat berbentuk prisma;
butir-butir pati tunggal, umumnya berbentuk lonjong; pembuluh kayu dengan
penebalan tangga dan pembuluh kayu bernoktah; fragmen gabus; serabut hablur
kalsium oksalat berbentuk prisma.
(MMI 1989).
Gambar3.Bratawali secara Mikroskopik
G.
Uji Parameter Non Spesifik
1. Uji Kadar
Air
Metode Titrimetri
Kecuali dinyatakan lain, masukkan lebih
kurang 20 ml metanol ke dalam labu titrasi. Titrasi dengan pereaksi Karl
Fischer hingga titik akhir tercapai. Masukkan dengan cepat sejumlah zat yang
ditimbang saksama yang diperkirakan mengandung 10 mg sampai 50 mg air, ke dalam
labu titrasi, aduk selama 1 menit. Titrasi dengan pereaksi Karl Fischer yang
telah diketahui kesetaraan
airnya. Syarat Kadar Air <10 %.
Hitung jumlah air dalam mg dengan rumus: (MMI,1989)
Volume adalah volume dalam ml pereaksi
Karl Fischer. F adalah
faktor kesetaraan air.
(MMI 1989).
2.
Uji
Kadar Abu
Prosedur
praktikum penetapan kadar abu dilakukan dengan metode AOAC 2005. Syarat Kadar Abu 7,2%. Kadar Abu larut air dan kadar
abu tidak larut asam < 0,9 %. Adapun, prosedurnya sebagai berikut : (Amelia et al 2014)
Dikeringkan cawan dalam oven pada suhu 105°C selama
1 jam
Didinginkan cawan selama 15 menit dalam desikator,
dan ditimbang
Dimasukkan
sampel 1.5-2 gram, kemudian dimasukkan ke dalam tanur yang suhunya 600°C selama
3 jam
Didinginkan
di luar tanurDidinginkan di luar tanur sampai suhu ±120°C, dimasukkan dalam
desikator
Cawan
dan abu ditimbang sehingga didapat berat konstan
Dilakukan
perhitungan kadar abu
3. Uji Susut
Pengeringan
Panaskan
cawan petri kosong
↓
Masukkan
dalam desikator
↓
Ditimbang
sebagai bobot awal
↓
Simplisia 10
gram dimasukkan dalam cawan petri, lalu ratakan
↓
Petri +
simplisia ditmbang lagi
↓
Masukkan
dalam tara (pemanas) selama 1 jam
↓
Tutup dibuka
untuk menghilangkan uap panas
↓
Cawan petri
+ simplisia dimasukkan kembali dalam desikator
↓
Cawan petri
+ simplisia ditimbang lagi
↓
Ulangi langkah
dua kali tapi dengan waktu 30 menit
(Dewi 2014)
4. Uji Cemaran Mikroba
a.
uji aflatoksin
untuk mengetahi cemaran aflatoksin yang dihasilkan
oleh jamur Aspergillus flavus
b.
uji angka lempeng total
untuk mengetahui jumlah mikroba/ bakteri dalam sampel.
Batasan angka lempeng total yang
ditetapkan oleh Departemen kesehatan yaitu 10^6 CFU/ gram
c.
uji angka kapang
untuk mengetahui adanya cemaran kapang.Batasan angka
lempeng total yang ditetapkan oleh Departemen kesehatan yaitu 10^4 CFU/ gram.
d.
Most probably number (MPN)
untuk mengetahui seberapa banyak cemaran bakteri
coliform( bakteri yang hidup di saluran pencernaan). (Perka BPOM No 12 Thn.2014)
H. UJi Parameter Spesifik
1. Uji
Skrining Fitokimia
Dilakukan uji
pendahuluan secara kualitatif terhadap sampel tumbuhan Brotowali (Tinospora
crispa (L.)MIERS) untuk membuktikan adanya kandungan alkaloid dalam sampel dengan uji
skrining fitokimia, yaitu serbuk batang tumbuhan Brotowali ditimbang sebanyak 5
g, dimaserasi dengan 20 ml etanol, selama 2 jam, disaring dan filtrat yang
diperoleh dibagi menjadi 4 bagian, yaitu :
- Filtrat
I : ditambahkan 2 tetes pereaksi Meyer ternyata terbentuk endapan warna putih,
hal ini menunjukkan adanya senyawa alkaloida.
- Filtrat
II : ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorf ternyata terbentuk endapan warna
jingga, hal ini menunjukkan adanya senyawa alkaloida.
- Filtrat
III : ditambahkan 2 tetes pereaksi Wagner ternyata terbentuk endapan warna
coklat, hal ini menunjukkan adanya senyawa alkaloida.
- Filtrat
IV : ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat ternyata terbentuk endapan warna
coklat, hal ini menunjukkan adanya senyawa alkaloida. (Tobing,2007)
2. Uji
Kromatografi
Analisis dimaksudkan
untuk mencari pelarut yang sesuai di dalam analisis kromatografi kolom. Dimana
ekstrak kasar yang diperoleh dilakukan analisis secara kromatografi lapisan
tipis dengan pelarut yang digunakan adalah kloroform 100% dan campuran pelarut
kloroform : etanol (5 : 1 v/v, 4 : 1 v/v, 3 : 1 v/v, 2 : 1 v/v, 1 : 1 v/v).
Sehingga akan diperoleh perbandingan pelarut kloroform : metanol yang sesuai
untuk kromatografi kolom.
Ke dalam bejana
kromatografi lapis tipis dimasukkan 10 ml larutan fasa gerak kloroform 100 %.
Ekstrak encer dietil eter ditotolkan pada palat KLT yang diaktifkan. Plat
dimasukkan ke dalam bejana yang berisi developer – developer yang telah
dijenuhkan, kemudian ditutup rapat dan dielusi. Setelah dielusi, plat
dikeluarkan dari bejana, dikeringkan. Noda yang terbentuk diamati dengan sinar
ultraviolet. Kemudian harga Rf nya dihitung.
Perlakuan yang sama
dilakukan untuk campuran pelarut antara kloroform : etanol (5 : 1 v/v, 4 : 1
v/v, 3 : 1 v/v, 2 : 1 v/v, 1 : 1 v/v). Dari hasil analisis KLT menunjukkan
bahwa batang tumbuhan Brotowali mengandung senyawa alkaloida. Dari hasil
pemisahan yang lebih baik diberikan pada fase gerak kloroform : etanol ( 4 : 1
v/v). Bercak Biru Flouresensi, Biru Kehijauan dan Biru hijau
kekuningan.Positif mengandung alkaloid dengan Harga hRf= 0,5-0,9. (Mutiatikum et al 2004)
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari penjelasan dan pembahasan Standarisasi
Simplisia Bratawali, maka dapat disimpulkan:
1.
Bratawali merupakan tanaman merambat dengan potongan batang, warna
hijau kecoklatan, permukaan tidak rata, bertonjolan, beralur-alur membujur,
lapisan luar mudah terkelupas.
2.
Senyawa kimia yang dikandung brotowali antara lain
alkoloida, dammar lunak, pati, glikosida, zat pahit pikroeretin, harsa, birberin,
palmatin, kolumbin.
3.
Standarisasi Simplisia meliputi Uji
Pendahuluan, Uji Non Spesifik Dan Uji Spesifik.
B. Saran
Dengan adanya makalah sederhana ini, penyusun mengharapkan agar para
pembaca dapat memahami materi Standarisasi Simplisia Bratawali ini dengan
mudah. Saran dari penyusun agar para pembaca dapat menguasai materi singkat dalam
makalah ini dengan baik, kemudian dilanjutkan dengan pelatihan soal sesuai
materi yang berhubungan agar semakin menguasai materi.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim, 1985, Cara Pembuatan
Simplisia, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia,
Jakarta.
Anonim, 1995, Farmakope
Indonesia edisi IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia,
Jakarta.
Anonim, 1985, Materia Medika
Indonesia Edisi VI , Departemen Kesehatan
Republik
Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2004, Media Litbang
Kesehatan Volume XIV, Departemen Kesehatan
Republik
Indonesia, Jakarta.
Dear,
BalasHapusSaya mau tanya, dalam bubuk brotowali 1 kg mengandung berberine berapa %
Terima kasih