Minggu, 06 Desember 2015

Analis Jamu



MAKALAH ANALIS JAMU
“STANDARISASI SIMPLISIA BRATAWALI”







Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Analis Jamu Prodi S1 Farmasi.
Disusun Oleh :


     Irma Widiati   (E0013020
Istianatun K.   (E0013021)
Joharoh           (E0013022)
Khoirunnisa    (E0013023)
Kholifiah        (E0013024)
Linda sari        (E0013025)
Mia Puspita D (E0013026)
Moh.Iswandi  (E0013027)

·        


                                                                                      
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI MANDALA HUSADA
Jln. Cut Nyak Dhien No. 16, Ds. Kalisapu, Kec. Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah – 52416


KATA PENGANTAR


            Assalamu’alaikum wr.wb 
           Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah ini pada waktunya. Makalah ini berisi tentang Standarisasi Simplisia Bratawali tersebut guna memenuhi tugas mata kuliah Analis Jamu.
Tanpa bantuan dari teman-teman  makalah ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Sekali lagi Penulis mengucapkan terima kasih. 
Penulis mohon maaf apabila dalam makalah ini banyak sekali kekurangan dan masih kurang dari kesempurnaan. Penulis mengharapkan kritik dan saran agar suatu saat dapat memperbaiki semua kesalahan itu dengan lebih baik lagi. 
Wassalamu’alaikum wr.wb

Slawi,      Desember 2015

Penulis



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR..............................................................................        ii
DAFTAR ISI............................................................................................       iii
BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang............................................................................      1
B.  Rumusan Masalah........................................................................      2
C.  Tujuan Penulisan..........................................................................      2
D.  Metode Penulisan........................................................................      2
BAB II PEMBAHASAN
A.  Morfologi Tanaman Bratawali.....................................................       3    
B.  Klasifikasi Tanaman Bratawali....................................................        3
C.  Kandungan Senyawa Kimia Dalam Tanaman Bratawali...............        4
D.  Cara Penanaman Tanaman Bratawali..........................................        4
E.   Cara Panen Tanaman Bratawali...................................................       4    
F.   Uji Pendahuluan Tanaman Bratawali............................................        6
1.   Organoleptis...................................................................        6
2.   Makroskopis...................................................................       6
3.   Mikroskopis...................................................................        6
G.  Uji  Parameter Non Spesifik Tanaman Bratawali..........................        8
1.   Uji Kadar Air..................................................................        8
2.   Uji Kadar Abu................................................................        8
3.   Uji Susut Pengeringan.....................................................        9
4.   Uji Cemaran Mikroba....................................................        10
H.  Uji Parameter Spesifik...............................................................        10
1.      Uji Skrining Fitokimia.....................................................        10
2.      Uji Kromatografi.............................................................        11
BAB III PENUTUP
A.  Simpulan....................................................................................        12
B.  Saran..........................................................................................        12
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
 Brotowali yang dikenal sebagai tanaman obat ini berasal dari Asia Tenggara. Wilayah penyebarannya di Asia Tenggara cukup luas, meliputi wilayah Cina, Semenanjung Melayu, Filipina, dan Indonesia. Brotowali (Tinospora crispa, L. Miers.) merupakan tanaman merambat dan tumbuh dengan baik di hutan terbuka atau semak belukar di daerah tropis. Di Indonesia, tanaman ini dikenal dengan berbagai nama daerah, seperti andawali Sunda), antawali (Bali dan Nusa Tenggara), dan bratawali, antawali, putrowali atau daun gedel (Jawa). Di daerah lain, brotowali dikenal dengan nama putrawali atau daun gedel. Dalam bahasa Inggris brotowali disebut bitter grape, dan dalam bahasa Cina dikienal dengan nama sen jinteng. Rendaman batang brotowali dapat digunakan sebagai penghambat pertumbuhan Salmonella typhi, hal ini disebabkan pada batangan brotowali mengandung senyawa berberin yang secara farmakologi dapat bermamfaat sebagai obat diare. Karena mempunyai sifat analgenik menyebabkan brotowali dapat menghilangkan rasa sakit dan sifat antipiretikum yang berkhasiat dalam menurunkan panas. Batang brotowali banyak digunakan untuk mengobati sakit perut (diare) dan demam.
Brotowali mengandung senyawa kimia yang berkhasiat mengobati berbagai penyakit, yaitu sakit perut, diare, demam, dan sakit kuning. Senyawa kimia ini terdapat di seluruh bagian mulai dari akar, batang sampai daun, dalam senyawa kimia yang terkandung dalam batang brotowali tersebut tercatat ada berbagai efek farmakologi yang menjadi faktor penyebab berkhasiatnya batang brotowali (Kresnady, 2003 : 3).


B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Morfologi Tanaman Bratawali?
2.      Apa Klasifikasi Tanaman Bratawali?
3.      Apa Kandungan Senyawa Kimia Dalam Tanaman Bratawal?
4.      Bagaimana Cara PenanamanTanaman Bratawali?
5.      Bagaimana Cara Panen Tanaman Bratawali?
6.      Bagaimana Uji Pendahuluan Simplisia Bratawali?
7.      Bagaimana Uji Non Spesifik Simplisia Bratawali?
8.      Bagaimana Uji Spesifik Simplisia Bratawali?

C.    Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Analis Jamu tentang Standarisasi Simplisia Bratawali.

D.    Metode Penulisan
Teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk melengkapi bahan-bahan kajian dalam penulisan makalah ini, diantaranya adalah studi pustaka atau literatur yaitu dengan mempelajari buku-buku atau artikel-artikel yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.




BAB II
PEMBAHASAN

       A.    Morfologi Tanaman Bratawali
Brotowali merupakan tumbuhan merambat dengan panjang mencapai 2,5 m atau lebih, biasa tumbuh liar dihutan,ladang atau ditanam dihalaman dekat pagar dan biasanya ditanam sebagai tumbuhan obat. Batang sebesar jari kelingking, berbintil- bintil rapat,dan rasanya pahit. Daun tunggal,bertangkai dan berbentuk seperti jantung atau agak membundar, berujung lancip dengan panjang 7-12 cm dan lebar 5-10 cm. Bunga kecil, berwarna hijau muda atau putih kehijauan. Brotowali menyebar merata hampir diseluruh wilayah Indonesia dan beberapa negara lain di Asia Tenggara dan India. Brotowali tumbuh baik di hutan terbuka atau semak belukar didaerah tropis. Cara perbanyakan tnaman ini sangat mudah yaitu dengan stek batang.(MMi,1989)

     B.     Klasifikasi Tanaman Bratawali
Dalam dunia ilmiah,brotowali diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledon
Ordo : Ranunculales
Famili : Menispermaceae
Genus : Tinospora
Species : Tinospora crispa(L.)MIERS. (Anonim 2006)




     C.    Kandungan Senyawa Kimia Dalam Tanaman Bratawali
Berdasarkan pemeriksaan laboratorium tanaman ini memngandung pati, alkaloid yang terdiri dari N-asetil-nornuciferin, N-formil-annonain, dan N-formilnornuceferin. Disamping itu ditemukan pula suatu glikosida furanoditerpen yang berasa pahit. Pada akar tanaman juga terdapat alkaloid berberin.
Sebagai obat tradisional air rebusan batang atau ranting brotowali manjur untuk mengobati penyakit malaria, demam, penyakit kulit, serta membersihkn ginjal dan menyembuhkan luka. Batang brotowali penuh ditutupi dengan kutil dan mengandung banyak air. Rebusan batang brotowali juga merangsang kerja pernapasan dan menggiatkan pertukaran zat sehingga dapat menurunkan panas.
Kandungan berberin untuk membunuh bakteri pada luka. Kandungan bahan yang lain dimanfaatkan untuk menambah nafsu makan maupun menurunkan kadar gula darah. Batang brotowali juga digunakan untuk pengobatan penyakit kuning, kencing manis dan nyeri perut. Pada pemakaian sebagai obat luar, rendaman batang brotowali bisa digunakan untuk membersihakan luka atau kudis.
      D.    Cara Penanaman 
Menanam brotowali  sangatlah  mudah.  Hanya  dengan  memotong  batangnya lalu ditancapkan di tanah (stek), bisa hidup. Potongan batang yang akan ditanam tidak perlu panjang, cukup satu jengkal saja bisa hidup, namun tanaman ini lebih suka  di  tanah  yang  gembur  dan  ada  perlindungan.
   
      E.     Cara Pemanenan
Menggunakan sabit atau arit serta golok dengan cara memotong batang yang telah  tua,  dengan  ukuran  diameter sekitar  0,5  cm  -  1  cm.  kemudian  batangnya dirajang dengan menggunakan pisau dan talenan, pemotongan dilakaukan dengan cara  melintang  searah  dengan  ketebalan  2  mm  -  3  mm.  selanjutnya  brotowali dicuci dan ditiriskan pada tampi yang berlubang-lubang kemudian dikeringkan di bawah  sinar matahari  dengan  menggunakan  tampi  atau  tepal,  usahakan  dalam pengeringan simplisia tidak saling menindih agar kering merata. Untuk brotowali lama  pengeringan  4  hari  dengan  bobot  basah  5,1  kg.  setelah  kering  sampel ditimbang  kembali  untuk  mendapatkan  bobot  keringnya  yaitu  500  gram,  kemudian dikemas  dalam  kantung  plastic  hitam  dan  diberi  label  yang  tercantum  nama tanaman, bobot kering dan tanggal pengemasan lalu disimpan di gudang.
Bagan.1Proses Pembuatan Sediaan

      F.     Uji Pendahuluan
1.      Organoleptis:Warna coklat, bau aromatis, rasa sangat pahit. 
  
 


Gambar1.Tanaman Bratawali

2.      Makroskopik:Potongan batang, warna hijau kecoklatan, permukaan tidak rata, bertonjolan, beralur-alur membujur, lapisan luar mudah terkelupas.


 


Gambar2.Bratawali Secara Makroskopik

3.      Mikroskopik:epidermis terdiri dari 1 lapis sel berbentuk segi empat memanjang, dinding tipis dengan kutikula agak tebal. Dibawah epidermis terdapat beberapa lapis sel gabus, bentuk segi empat memanjang, dinding agak tebal, kambium gabus terdiri dari beberapa jenis sel berdinding tipis. Korteks parenkimatik dengan sel-sel berbentuk membulat, mengandung butir-butir pati, minyak atau hablur kalsium oksalat berbentuk prisma. Disebelah luar tiap berkas pengangkut terdapat serabut sklerenkim berbentuk lengkungan; pada batang tua lengkungan-lengkungan tersebut bersambung satu dengan yang lain, sehingga merupakan seludang sklerenkim yang tidak terputus yang pada lapis terluarnya disertai serabut hablur yang berisi hablur kalsium oksalat berbentuk prisma. Empulur parenkimatik , berisi butir pati sel getah dan berkas kolateral. Parenkim diantara floem dan serabut sklerenkim kadang-kadang termampat dan terkoyak. Butir pati di korteks dan empulur berbentuk hampir bulat , panjang atau lonjong. Sel-sel getah terdapat dalam deretan membujur diantara sel parenkim. Berkas pembuluh kolateral, terpisah oleh satu dengan lain oleh jaringan parenkim. Sebuk; warna kuning kelabu. Fragmen pengenal adalah serabut hablur dengan hablur kalsium oksalat berbentuk prisma; butir-butir pati tunggal, umumnya berbentuk lonjong; pembuluh kayu dengan penebalan tangga dan pembuluh kayu bernoktah; fragmen gabus; serabut hablur kalsium oksalat berbentuk prisma. (MMI 1989).

   

Gambar3.Bratawali secara Mikroskopik


G.    Uji Parameter Non Spesifik
1.      Uji Kadar Air
Metode Titrimetri
Kecuali dinyatakan lain, masukkan lebih kurang 20 ml metanol ke dalam labu titrasi. Titrasi dengan pereaksi Karl Fischer hingga titik akhir tercapai. Masukkan dengan cepat sejumlah zat yang ditimbang saksama yang diperkirakan mengandung 10 mg sampai 50 mg air, ke dalam labu titrasi, aduk selama 1 menit. Titrasi dengan pereaksi Karl Fischer   yang   telah   diketahui kesetaraan airnya. Syarat Kadar Air <10 %.  Hitung   jumlah  air dalam mg dengan rumus: (MMI,1989)



 

       Volume adalah volume dalam ml pereaksi Karl Fischer. F adalah
faktor kesetaraan air. (MMI 1989).

2.      Uji Kadar Abu
Prosedur praktikum penetapan kadar abu dilakukan dengan metode AOAC 2005. Syarat Kadar Abu 7,2%. Kadar Abu larut air dan kadar abu tidak larut asam < 0,9 %.  Adapun, prosedurnya sebagai berikut : (Amelia et al 2014)
Dikeringkan cawan dalam oven pada suhu 105°C selama 1 jam
 
Didinginkan cawan selama 15 menit dalam desikator, dan ditimbang
 
Dimasukkan sampel 1.5-2 gram, kemudian dimasukkan ke dalam tanur yang suhunya 600°C selama 3 jam
 

Didinginkan di luar tanurDidinginkan di luar tanur sampai suhu ±120°C, dimasukkan dalam desikator
 
Cawan dan abu ditimbang sehingga didapat berat konstan
 
Dilakukan perhitungan kadar abu
 

3.      Uji Susut Pengeringan
Panaskan cawan petri kosong
Masukkan dalam desikator
Ditimbang sebagai bobot awal
Simplisia 10 gram dimasukkan dalam cawan petri, lalu ratakan
Petri + simplisia ditmbang lagi
Masukkan dalam tara (pemanas) selama 1 jam
Tutup dibuka untuk menghilangkan uap panas
Cawan petri + simplisia dimasukkan kembali dalam desikator
Cawan petri + simplisia ditimbang lagi
Ulangi langkah dua kali tapi dengan waktu 30 menit

 (Dewi 2014)

4.      Uji Cemaran Mikroba
a.       uji aflatoksin
untuk mengetahi cemaran aflatoksin yang dihasilkan oleh jamur Aspergillus flavus
b.      uji angka lempeng total
untuk mengetahui jumlah mikroba/ bakteri dalam sampel. Batasan angka lempeng  total yang ditetapkan oleh Departemen kesehatan yaitu 10^6 CFU/ gram
c.       uji angka kapang
untuk mengetahui adanya cemaran kapang.Batasan angka lempeng total yang ditetapkan oleh Departemen kesehatan yaitu 10^4 CFU/ gram.
d.      Most probably number (MPN)
untuk mengetahui seberapa banyak cemaran bakteri coliform( bakteri yang hidup di saluran pencernaan). (Perka BPOM No 12 Thn.2014)
H.    UJi Parameter Spesifik
1.      Uji Skrining Fitokimia
Dilakukan uji pendahuluan secara kualitatif terhadap sampel tumbuhan Brotowali (Tinospora crispa (L.)MIERS) untuk membuktikan adanya kandungan alkaloid dalam sampel dengan uji skrining fitokimia, yaitu serbuk batang tumbuhan Brotowali ditimbang sebanyak 5 g, dimaserasi dengan 20 ml etanol, selama 2 jam, disaring dan filtrat yang diperoleh dibagi menjadi 4 bagian, yaitu :
-       Filtrat I : ditambahkan 2 tetes pereaksi Meyer ternyata terbentuk endapan warna putih, hal ini menunjukkan adanya senyawa alkaloida.
-       Filtrat II : ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorf ternyata terbentuk endapan warna jingga, hal ini menunjukkan adanya senyawa alkaloida.
-       Filtrat III : ditambahkan 2 tetes pereaksi Wagner ternyata terbentuk endapan warna coklat, hal ini menunjukkan adanya senyawa alkaloida.
-       Filtrat IV : ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat ternyata terbentuk endapan warna coklat, hal ini menunjukkan adanya senyawa alkaloida. (Tobing,2007)
2.      Uji Kromatografi
Analisis dimaksudkan untuk mencari pelarut yang sesuai di dalam analisis kromatografi kolom. Dimana ekstrak kasar yang diperoleh dilakukan analisis secara kromatografi lapisan tipis dengan pelarut yang digunakan adalah kloroform 100% dan campuran pelarut kloroform : etanol (5 : 1 v/v, 4 : 1 v/v, 3 : 1 v/v, 2 : 1 v/v, 1 : 1 v/v). Sehingga akan diperoleh perbandingan pelarut kloroform : metanol yang sesuai untuk kromatografi kolom.
Ke dalam bejana kromatografi lapis tipis dimasukkan 10 ml larutan fasa gerak kloroform 100 %. Ekstrak encer dietil eter ditotolkan pada palat KLT yang diaktifkan. Plat dimasukkan ke dalam bejana yang berisi developer – developer yang telah dijenuhkan, kemudian ditutup rapat dan dielusi. Setelah dielusi, plat dikeluarkan dari bejana, dikeringkan. Noda yang terbentuk diamati dengan sinar ultraviolet. Kemudian harga Rf nya dihitung.
Perlakuan yang sama dilakukan untuk campuran pelarut antara kloroform : etanol (5 : 1 v/v, 4 : 1 v/v, 3 : 1 v/v, 2 : 1 v/v, 1 : 1 v/v). Dari hasil analisis KLT menunjukkan bahwa batang tumbuhan Brotowali mengandung senyawa alkaloida. Dari hasil pemisahan yang lebih baik diberikan pada fase gerak kloroform : etanol ( 4 : 1 v/v). Bercak Biru Flouresensi, Biru Kehijauan dan Biru hijau kekuningan.Positif mengandung alkaloid dengan Harga hRf= 0,5-0,9. (Mutiatikum et al 2004)



BAB III
PENUTUP

        A.    Simpulan
 Dari penjelasan dan pembahasan Standarisasi Simplisia Bratawali, maka dapat disimpulkan:
1.         Bratawali merupakan tanaman merambat dengan potongan batang, warna hijau kecoklatan, permukaan tidak rata, bertonjolan, beralur-alur membujur, lapisan luar mudah terkelupas.
2.         Senyawa kimia yang dikandung brotowali antara lain alkoloida, dammar lunak, pati, glikosida, zat pahit pikroeretin, harsa, birberin, palmatin, kolumbin.
3.         Standarisasi Simplisia meliputi Uji Pendahuluan, Uji Non Spesifik Dan Uji Spesifik.

       B.     Saran
Dengan adanya makalah sederhana ini, penyusun mengharapkan agar para pembaca dapat memahami materi Standarisasi Simplisia Bratawali ini dengan mudah. Saran dari penyusun agar para pembaca dapat menguasai materi singkat dalam makalah ini dengan baik, kemudian dilanjutkan dengan pelatihan soal sesuai materi yang berhubungan agar semakin menguasai materi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1985, Cara Pembuatan Simplisia, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia edisi IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1985, Materia Medika Indonesia Edisi VI , Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2004, Media Litbang Kesehatan Volume XIV, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.



1 komentar:

  1. Dear,
    Saya mau tanya, dalam bubuk brotowali 1 kg mengandung berberine berapa %
    Terima kasih

    BalasHapus